Jalan Jalan ke Tana Toraja Sehari, Bisa Kemana Aja? (Bagian 1)

By Wina Silfanna - Selasa, Maret 31, 2020

Juni, 2019, aku ke Tana Toraja. Cuma sehari, yep cuma sehari. "Wah sayang sekali padahal jauh-jauh dari Medan, kenapa ga lama aja?" Sebenarnya mau sih lama, tapi karena satu tiga alasan, aku cuma punya waktu satu hari di sini.

Objek Wisata Ke'te' Kesu


Sebenarnya, ke Tana Toraja tidak terlalu direncanakan. Aku ke Belopa untuk menghadiri acara seorang teman, Belopa lokasinya sekitar 7-9 jam dari Makassar naik bus. Ternyata dari Belopa menuju Tana Toraja tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 2 jam, karena itu akhirnya aku menyusun waktu untuk kesana.

19 Juli, aku diantar teman menuju kota Palopo untuk naik mobil menuju Tana Toraja. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam dan kami singgah sebentar untuk makan siang di warung "Bakso Lumayan" (sungguh rendah hati yang punya warung milih nama, ya)


Mobil dari Palopo ke Rantepao


Setelah makan siang bakso, aku diantar ke persimpangan jalan yang di sekitarnya ada beberapa mobil. Awalnya aku kira ini yang namanya terminal Palopo, ternyata bukan, teman memang sengaja mengantar kesini karena kata mereka lebih banyak yang ke Tana Toraja dari sini. Jadi disini para supir menunggu penumpang yang mau ke Tana Toraja sampai jumlah penumpang penuh sesuai mobil mereka. Kami ke salah satu supir yang sepertinya sudah punya beberapa penumpang. Setelah membayar Rp.40.000 untuk Palopo - Rantepao, koper kecilku dimasukkan ke belakang mobil. Karena total masih empat orang, kami harus menunggu dua orang lagi agar supir mau berangkat.

Hampir dua jam menunggu dan gerimis yang tadinya sedikit kini semakin deras, akhirnya kami pun berangkat setelah supir menemukan sisa dua penumpang. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam, sebenarnya bisa lebih singkat lagi kalau supir tidak berhenti di rumah makan, ya mungkin sang supir sedang lapar atau memang sudah janjian dengan pemilik rumah makan untuk membawa pengunjung.

Traveling Palopo ke Rantepao




Jalan yang berkelok dengan tebing dan pohon di satu sisi kemudian lembah di sisi yang lain mengingatkanku dengan jalan Berastagi, suhu yang agak dingin dan jalan menanjak juga semakin mengingatkan perjalanan kemarin ke Berastagi dengan sepeda motor.

Rumah yang semakin banyak dan padat memandakan bahwa kami sudah sampai, sebagian penumpang berhenti di titik yang sudah mereka minta sebelumnya kepada sang supir. Aku bertanya apakah bisa diantar sampai ke penginapan dan pak supir menyanggupi sambil sedikit menjelaskan kira kira dimana tempat aku menginap itu.

Sisa dua penumpang, aku dan seorang ibu yang sebentar lagi akan turun. Di jalan menuju titik yang diinginkan si ibu, sang supir dan aku mengobrol soal tempat menginap di sekitaran Tana Toraja dan saran dia adalah sebisa mungkin di pusat Rantepao. Alasannya masuk akal, karena lebih baik tinggal di tempat yang cukup ramai dengan akses ke beberapa tempat yang cukup gampang. Akhirnya aku meminta untuk diturunkan di Wisma Maria 1 yang lokasinya di pusat kota.

Setelah check-in dan memilih kamar, aku istirahat dan mulai mengubungi nomor HP rental/sewa motor di Tana Toraja yang sebelumnya sudah aku cari. Rintik hujan mulai turun dan rencana untuk keliling sedikit pun batal. Setelah mendapatkan motor sewa yang cocok, yang pada akhirnya aku justru menghubungi rental motor yang di Wisma Maria 1, aku buat janji ketemu penyewa motor besok pagi karena hujan tak kunjung reda.

Karena cuma seharian dan harus kembali ke Makassar jam 9 malam nanti, aku bangun sekitar jam 5 pagi. Setelah ketemu penyewa motor dan membayar Rp.80.000 untuk sehari/24jam, aku beres-beres kamar sedikit sambil menunggu jam loket bus buka. Sekitar jam 8 aku mulai ke loket bus yang berakhir di loket bus Bintang Prima, dengan membayar Rp.160.000, tiket untuk satu penumpang nanti malam sudah aman di tangan.


Rental Motor Toraja Rantepao


Saatnya memulai perjalanan dan tujuan pertama adalah Ke'te Kesu. Menurut informasi yang aku dapat dari supir yang mengantar ke Tana Toraja kemarin dan penyewa motor, Ke'te Kesu tidak jauh dari Wisma Maria 1. Aku mengecek di Google Maps dan memang tidak jauh sepertinya. Google Maps dengan fitur suaranya pun aku aktifkan dan aku meluncur menuju lokasi.

Ntah kenapa aku merasa Rantepao sangat mengingatkan akan Berastagi. Untuk suhu memang masih lebih dingin Berastagi, tapi suasana kotanya, pemilihan warna untuk rumah adat, dan jalan yang satu sisi tebing dan satunya lagi lembah benar-benar mengingatkan akan kota yang tidak jauh dari Medan itu.

Masih banyak pohon dan tanah kosong disini, mungkin penduduk belum padat. Rumah adat dengan pelbagai ukuran terlihat di depan atau di samping rumah utama warga selama perjalanan. Sawah pun banyak menghiasi pemandangan. Cuaca tidak begitu panas karena hujan tadi pagi.

Ada yang aneh, kok sepertinya tidak ada tanda Ke'te Kesu semakin dekat? Sekeliling hanya sawah dan kalau masih terus, sepertinya hanya berakhir di hutan atau rumah warga. Aku memperhatikan layar handphone dan aku rasa aku nyasar. Aku berhenti sebentar untuk mengurangi rasa pegal di badan karena kelamaan duduk di motor. Aku melihat sekeliling dan memandangi seekor kerbau yang sendirian di tengah sawah. Kemudian ada tiga anak SD yang sepertinya baru pulang sekolah. Mereka berhenti sebentar dan turun bermain di selokan air sambil tertawa, aku tidak mengerti bahasa disini dan mereka juga sudah cukup jauh jadi tidak bisa mendengarkan percakapan mereka.





Aku mutar balik  dan mencari warga yang bisa ditanya. Seorang ibu aku hampiri dan darinya aku tahu kalau aku nyasarnya kejauhan 😂😂😂. Setelah dituntun ke jalan yang benar, aku berterimakasih dan kembali ke jalan sebelumnya. Cukup jauh ternyata aku nyasar tapi ya tak apa lah.

Sampai di objek wisata Ke'te Kesu motor aku parkirkan dan langsung menuju loket tiket objek wisata Ke'te Kesu. Rp.15.000 untuk warga Indonesia dan Rp.30.000 untuk warga negara asing. Tidak ada karcis yang diberikan, aku hanya membayar kemudian menulis nama di buku. Ada 2-3 toko souvenir dan satu kedai kopi sebelum kita sampai ke rumah adat.


objek wisata ke'te' kesu'


kedai kopi di Tana Toraja


Sedikit cerita tentang Ke'te Kesu, desa wisata ini terletak sekitar 4 km dari Rantepao. Ke'te Kesu terkenal dengan rumah adatnya yang disebut Tongkonan. Rumah adat Tongkonan tersebar di Ke'te Kesu, tapi di objek wisata ini kita bisa melihat Tongkonan yang berukuran sangat besar yang diperkirakan berumur ratusan tahun. Tongkonan di sini berasal dari leluhur Puang Ri Kesu' yang memiliki peran dan fungsi sebagai pemerintahan dan kekuasaan adat di wilayahnya pada masa lalu.


objek wisata ke'te' kesu'


objek wisata ke'te' kesu'


Sampai di Ke'te Kesu, rumah adat Tongkonan berukuran besar berjejer sisi kiri dan kanan. Tidak banyak turis hari itu, hanya beberapa orang lokal dan sepasang turis mancanegara yang sepertinya dari Belanda, atau mungkin Jerman? Ntah la.


objek wisata ke'te' kesu'


Hampir ke ujung, ada Museum dan toko buku yang sayangnya tutup. Ntah karena cuma hari itu, atau memang tidak buka lagi. Di ujung sebelah kiri ada sebuah rumah kecil yang sepertinya kios aksesoris, tiba-tiba seorang nenek-nenek datang menawarkan gantungan kunci dan aksesoris lain tapi aku menolak.

toko souvenir ke'te' kesu'


Setelah melihat lihat Tongkonan sampai bosan, aku singgah ke rumah penjual aksesoris tadi. Kios yang sepi dengan sedikit aksesoris dan sangat tidak menarik, lokasinya juga diujung. Aku bertanya berapa harga gantungan kunci untuk oleh-oleh dan harganya sangat murah, cuma Rp.5.000 dapat 6, aku jadi sedikit khawatir gimana nenek ini ntar. Atau mungkin, nenek ini punya anak dan cucu yang merawatnya, ntah la.


toko souvenir ke'te' kesu'


Aku berjalan menuju parkiran sambil memikirkan kemana tujuan selanjutnya. Seharusnya niat awal tulisan tentang wisata di Tana Toraja ini hanya satu tulisan yang merangkum kemana aja aku dalam sehari. Tapi ternyata ini aja sudah cukup panjang jadi harus dibagi ke beberapa bagian.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar