Sekitar jam 10 pagi, kami berangkat dari Tanjung Balai menuju Kisaran dengan bus. Cukup sulit menemukan betor dari Sungai Pasir, untungnya ada betor langganan keluarga si kawan yang tinggal di Sungai Pasir dan tinggal dihubungi aja via hp.
Sampai di loket bus, kami harus menunggu sampai 40menitan, ini karena supir nunggu sampai banyak penumpang sedangkan waktu itu yang ada cuma kami dan seorang ibu yang akhirnya tidak jadi naik. Ongkos dari Tanjung Balai ke Kisaran Rp.10.000. Akhirnya berangkat juga dan kami pilih duduk di depan. Hampir satu jam juga perjalanan dari Tanjung Balai ke Kisaran. Setelah sampai kami berhenti di Masjid H. Ahmad Bakrie.
karena besar mesti jalan agak jauh biar bisa dapat semua masjidnya |
Masjid H. Ahmad Bakrie yang besar dan cantik ini dibangun pada sejak tahun 2011 secara bertahap sampai tahun 2015. Masjid yang terletak di jalan lintas Sumatera ini dibangun dengan arsitektur Melayu, terlihat dari jendela kayu besar berwarna kuning dengan ornamen ala Melayu di setiap sisi masjid.
Di depan masjid ada taman dan lapangan yang di bagian ujungnya ada pendopo besar, menurut hasil googling, pendopo ini biasa digunakan untuk acara upacara 17 Agustus. Di seberang lapangan ini juga ada jembatan mini dengan kolam di tengahnya, tapi kami tunda dulu kesana karena mau berkeliling sebentar sambil mencari tempat makan siang.
Setelah puas mengelilingi beberapa sisi kota Kisaran, kami pun makan siang ke salah satu tempat makan misop yang cukup terkenal di Kisaran, Warung Pojok namanya. Warung ini beralamat di jalan Anggrek, dekat gerbang selamat datang desa Sei Kamah Baru.
di seberangnya juga ada tempat duduk |
Selain terkenal, penyebab utama kami kesini adalah karena si kawan sudah dua kali kesini tapi selalu tutup. Kalau kata temannya, pantas aja setiap dia datang tutup karena dia selalu datang di hari Jumat yang merupakan hari libur warung ini .Selain misop mereka juga menjual rujak, kami pesan seporsi untuk disantap sambil menunggu misop. Walaupun cukup jauh dari jalan raya, warung pojok selalu didatangi pembeli, menariknya lagi, anggotanya berseragam kompak seperti yang biasa aku temui di restoran atau cafe.
Harga rujak Rp.10.000, Misop Rp.14.000
Rujak porsi banyaakk |
Misop Ayam |
Enak juga misop disini apalagi tadi udah minta dagingnya diganti jadi kulit ayam aja, pantas saja selalu ada yang datang walaupun tidak terlalu ramai sampai semua meja penuh. Setelah perut kenyang dan ngobrol ngobrol sebentar, kami kembali ke alun alun. Tapi tiba tiba di tengah perjalanan si kawan dan temannya berhenti sebentar.
"kenapa?"
'win, kau pernah naik Getek?'
"Getek? GT? sepeda?"
'sip dia belum pernah, ayok kita kesana, biar pernah dia naik Getek'
??????
Motor pun mutar balik ke arah Warung Pojok masuk ke desa Sei Kamah Baru, kami menyusuri jalanan yang dari berupa jalan yang diaspal sampai jalan kecil yang beceknya bisa membuat motor terpeleset. Cukup lama juga kami menyusuri perkampungan yang cuma ada beberapa rumah hingga kami sampai di pinggir sungai, di seberang sungai terlihat sampan yang tidak kecil juga tidak terlalu besar.
"terus? mau ngapain ini?"
'naik Getek'
"oohh, Getek itu semacam sampan ya"
Getek |
Ini kali pertama aku melihat Getek, kalau dipikir pikir, banyak perbedaan antara Getek dengan Sampan yang biasa aku tahu. Getek berukuran cukup besar dan memiliki atap, ada tempat duduk di dua sisi. Getek biasa digunakan untuk memudahkan para pengendara sepeda motor menyebrang sungai. Cukup dengan membayar Rp.2000, masukkan motor ke bagian tengah, kami diantar ke seberang sungai.
Oh iya, Getek tidak menggunakan mesin, hanya ada tali di dua sisi sungai yang digunakan untuk menarik Getek dari satu sisi ke sisi sungai seberang. Dengan bantuan angin dan arus air sungai yang tidak kencang, sang bapak hanya perlu menarik tali sekali dua kali saja. Jadi itu ternyata yang dinamakan Getek, kirain apa hahaha. Tapi asik juga kalau duduk disana sekitar setengah jam menikmati sungai dan angin sepoi sepoinya
Waktunya kembali ke alun alun, karena sudah mulai sore jadi tidak terlalu panas dan terik, sekitaran alun alun pun mulai ramai oleh beberapa orang yang olahraga atau sekedar jalan jalan sore saja. Bagi yang datang untuk olahraga bisa memarkirkan sepeda motor atau mobil di ujung lapangan tepat di sebelah pendopo besar.
Sisi belakang pendopo |
Jika berjalan terus saja dari lapangan akan terlihat jembatan kecil dengan kolam di bawahnya. Di sekitaran kolam ada beberapa penjual jajanan seperti es tebu dan bakso bakar. Selain berolahraga dan jalan jalan, ada juga beberapa anak kecil yang memancing dan berenang di kolam, ikan yang ada di kolam ini ukurannya kecil kecil dan sepertinya ikan Sepat.
Setelah diperhatikan sejenak, sepertinya tidak ada jalur keluar masuk air, mungkin awalnya air diisi kemudian bibit ikan ditebar. warna airnya keruh aku jadi sedikit khawatir juga sama anak kecil yang disana bisa terkena penyakit kulit karena air kolam yang kotor, terlihat ada sedikit sampah di bagian sudut di bawah jembatan dan ada juga orang yang meludah ke kolam. Semoga ketika kami kesini lagi air di kolam ini sudah bersih.
Jembatan kecil di alun alun |
Waktu menunjukkan pukul 5.30 sore, sudah waktunya untuk pulang ke Medan. Kami pulang dengan menunggu bus yang lewat di depan masjid. Rencananya kami mau naik bus yang cukup besar dan ber-AC agar lebih nyaman, tapi karena tak kunjung muncul sempat juga mau naik KUPJ.
Niat mau naik KUPJ batal karena dilarang sama teman yang tadi menjadi guide kami sepanjang perjalanan, ini karena selain busnya sempit dan tidak nyaman, supir KUPJ juga suka ugal ugalan di jalan, aku setuju karena setiap pulang kampung dengang keluarga, pasti bus KUPJ lah yang paling ugal ugalan. Akhirnya kami naik bus Rajawali dari Kisaran ke Medan dengan ongkos Rp.40.000
Terima kasih Nisa sang kawan yang udah jadi guide di Tanjung Balai, terima kasih teman temannya Nisa yang udah jadi guide di Kisaran. Terima kasih Kisaran, semoga kita ketemu lagi!
11 komentar
Wah asik ya bisa berkunjung ke kota lain sambil piknik hehehehe... Itu rujaknya begitu menggoda :D
BalasHapusHehe iya apalagi kalau ada kenalan jadi lebih mudah :)
HapusSuka liat masjidnya besar, jendelanya cantik dari kayu
BalasHapusjarang ngeliat masjid dengan jendela kayu, biasanya ketemu yang kaca :)
HapusPerjalanan yg seru ya Mbak.. Bisa menikmati wisata Masjid dan Kuliner.. Ongkos nya pun murah bangey Mbak hanya 40k. Ah mudah" bisa singgah kesana..
BalasHapusamiinn, semoga bisa ke Kisaran mas Fajrin, masih banyak juga spot wisata lain yang bisa diexplore apalagi di kota kota terdekatnya :D
Hapustemenku tinggal di kisaran.. aku sendiri baru sekali kesana pas smu dulu... pas liburan sekolah, diajak nginep ke rumah temen yg rumahnya di sana... kotanya kecil tp bersih yaaa.. kangen juga lah ....
BalasHapusdan itu rujak ama misopnya , aduuuuh godaan bangetttt :D...pgn mudik jadinya
Hehe iya kak, kami sempat keliling dan bersih kotanya
HapusWaah kalau ini wajib dicoba kaak, mari mari traveling lagi ke sumut :D
Kisaran itu Kotaku, aku tinggal disana dan mengecam pendidikan disana,,, senangnya ketika kotaku diceritakan dengan begitu Ramahnya dari mbak,,, alhamdulillah terimakasih ya mbak, tulisan nya buat aku berbunga bunga,, semoga kisaran bisa jadi kota wisata aamiin
BalasHapusAmmiiinnn
Hapusiya walaupun cuma punya waktu setengah hari aku suka sama Kisaran apalagi baru-baru ini kawan bilang ada lagi tempat makan enak disana, jadi pingin datang lagi secepatnya
Jadi ingat rumah mantan istri di seikamah pinggir Kiri jalan,terakhir menginjakan kaki 2016an. Ya warung pojok,penyeberangan getek adlh sebagian dari suasana tradisional yg kadang bikin kangen klo diingat. Cm krn srtn takdir,aq harus kmbali hidup djawa 😔
BalasHapus